Sabtu, 04 Juni 2016

Pendidikan Karakter guna menghadapi MEA di Era Pemerintahan Jokowi

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
“PENDIDIKAN KARAKTER GUNA MENINGKATKAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)”





Dosen : Edi Fakhri , SS., M.Sos
Disusun Oleh :
Basrudin Azmar (51415272)
Kelas : 1IA06





TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2015/2016


ABSTRAK

Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tantangan dan sekaligus peluang
bagi masyarakat Indonesia. Dampak penerapan MEA tidak hanya pada sektor perdagangan
tapi juga semua sektor. Semua sektor harus bersiap untuk menghadapi penerapan MEA ini.
Salah satu apek yang perlu disiapkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Dalam hal ini peningkatan kualitas SDM yang dimaksud disiapkan melalui
jalur pendidikan, khususnya di Perguruan Tinggi.
Perguruan Tinggi dituntut menyiapkan mahasiswa agar menjadi lulusan-lulusan yang
mampu bersaing dalam era MEA. Upaya penyiapan mahasiswa agar siap menghadapi
MEA dapat dilakukan Perguruan Tinggi melalui jalur akademik dan non akademik. Upaya
tersebut bersinergi dan berkesinambungan agar mahasiswa memiliki karakter yang mampu
menjadikannya mampu bersaing dalam era MEA. Adapun karakter yang dimaksud antara
lain: inisiatif, integritas, komitmen, kreatif, mandiri, managemen diri, dan kerja sama.



KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji dan sukur kepada Allah swt. karena dengan rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pendidikan Karakter guna
Meningkatkan sumber daya Manusia dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)”
Ini dapat saya selesaikan, Makalah ini saya buat sebagai kewajiban memenuhi tugas.

            Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah
ini. Diharapkan para pembaca memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
mewujudkan kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Depok, Juni 2016


Basirudin Azmar



  

BAB I
Pendahuluan


1.1 Latar Belakang

Tahun 2015 tepatnya bulan Desember merupakan awal diterapkannya system perekonomian bebas pada tingkat ASEAN atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan demikian, masyarakat Indonesia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sehingga mampu bersaing dalam sistem MEA. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Diterapkan MEA bukan menjadi penjajahan ekonomi Indonesia justru menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, khususnya dan tingkat ASEAN pada umumnya. Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok
dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.
Implementasi MEA ini, menjadi ajang bagi Negara-negara ASEAN khususnya Indonesia untuk dapat memiliki peluang dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Implementasi MEA tidak terlepas resiko-resiko yang akan dihadapi nantinya, seperti bagaimana kesiapan sumber daya manusia, hasil produk, kesedianya infrastruktur yang baik, kebijakan pemerintah yang diambil dan lainnya.
Tentunya resiko-resiko tersebut dapat diatasi dengan adanya kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Dalam kaitan antisipasi menghadapi penerapan MEA, pendidikan merupakan unsur penting yang harus mendapat prioritas utama. Sebagaimana dinyatakan Ki Hadjar Dewantara bahwa “Pendidikan merupakan daya upaya memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita”. Senada dengan hal tersebut, pendidikan diharapkan dapat memberi sumbangan bagi perkembangan seutuhnya setiap orang, baik jiwa, raga, intelijensi, kepekaan, estetika, tangung jawab, dan nilai-nilai spiritual. Melalui pendidikan, setiap orang hendaknya dapat diberdayakan untuk berpikir mandiri dan kritis. Dalam dunia yang terus berubah dan diwarnai oleh inovasi sosial dan ekonomi, pendidikan tampak sebagai salah satu kekuatan pendorong untuk meningkatkan kualitas imajinasi dan kreativitas sebagai ungkapan dari kebebasan manusia dan standarisasi tingkah laku perorangan. Kesempatan atau peluang perlu diberikan kepada generasi muda untu melakukan percobaan dan menemukan sesuatu yang baru (UNESCO, 1996: 94).


1.2 Tujuan

Pendidikan diharapkan mempunyai outcome berupa life skill, yang menjadi bagian konsep dasar pendidikan nasional. Life skill merupakan kemampuan, kesanggupan dan ketrampilan yang harus dimiliki dalam menjalani proses kehidupan. Sehingga sanggup bersaing dan terampil dalam menjaga kelangsungan hidup dan tantangan pada masa depan (M takdir ilahi, 2012). Hal yang perlu disiapkan dalam menghadapi MEA adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari anggota MEA itu sendiri.
Penyiapan sumber daya manusia yang dilakukan salah satunya melalui jalur pendidikan tinggi yaitu pada mahasiswa-mahasiswa yang ada di kampus. Mahasiswa yang rata-rata berusia 20 tahun, merupakan aset bangsa yang sangat berharga karena mahasiswa masih berada pada masa-masa keemasan dalam mencari jati diri. Perguruan tinggi menjadi ladang yang sangat luas untuk mengali ilmu yang diperlukan di masa depan. Sehingga mahasiswa lulus dengan harapan sudah mempunyai beberapa kompetensi atau memiliki kemampuan (skill) pada dirinya.
Kompetensi mahasiswa lulus dan siap untuk menghadapi MEA bukan hanya kompetensi akademik (intelektual) saja yang dibutuhkan. Karena persaingan yang sangat terbuka akan hadir di MEA dalam ajang mencari sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi dan sertifikasi keahlian tertentu. Maka lulusan perguruan tinggi harus benar-benar memberikan outcome dalam memenuhi harapan dalam dunia MEA nantinya. Lulusan perguruan tinggi dituntut harus memiliki hard skills dan sekaligus soft skills (karakter). Kemampuan hard skills merupakan kemampuan penguasaan pada aspek teknis dan pengetahuan yang harus dimiliki sesuai dengan kepakaran ilmunya. Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri maupun kecakapan dengan orang lain. Hard skills dan soft skills merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, di dalam implementasi kehidupan saling beriringan. Sehingga terjadi keseimbangan dalam mencapai tujuan hidup. Oleh sebab itu, pembinaan karakter pada mahasiswa perlu dibangun atau dikuatkan contohnya membangun kepercayaan diri, motivasi diri, manajemen waktu, mempunyai kreatif dan inovatif berpikir positif, serta membangun komunikasi dengan orang lain. Selain itu, menumbuhkan jiwa berwirausaha pada mahasiswa juga sangat penting dilihat sebagai sasaran MEA adalah bagaimana sistem perdagangan menjadi tujuan utama, dan karakter-karakter lain yang perlu bangun dan dikembangakan dalam diri mahasiswa. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilatih dan dikembangkan melalui pendidikan, organisasi dan pelatihan-pelatihan khusus. Dengan demikian, pendidikan tinggi berperan penting dalam pembentukan karakter anak bangsa.
Pembahasan tentang bagaimana pendidikan, khususnya pendidikan tinggi harus merespon dengan tepat agar dapat menyiapkan SDM yang berkualitas agar siap menghadapi MEA dengan cara penguatan karakter tentu perlu diungkap dengan jelas. Dengan penguatan karakter pada mahasiswa diharapkan mampu menciptakan generasi-generasi bangsa yang siap bersaing pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

1.3 Ruang Lingkup Materi

Permasalahan dalam pembahasan mahalah ini adalah Pendidikan karakter pada Mahasiswa Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1.      Dampak MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
2.      Kebijakan pemerintah dalam Menangani MEA
3.      Pendidikan Karakter
4.      Revolusi Mental dan Nawa Cita



BAB II
LADASAN MATERI

1.1   Dampak MEA

Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia. Dengan adanya MEA diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke negara ASEAN lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia. Jadi, Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar yang lebih luas. Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara-negara lain di ASEAN.

Dampak Positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatakan tingkat skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.

Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya : pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. .Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia.


1.2 MEA dan kebijakan pemerintah     

            Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri. Dalam menghadapi MEA, Pemerintah Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik, Pengembangan Investasi, dan Pengembangan Perdagangan (www.fiskal.depkeu.go.id). Selain hal tersebut masing-masing Kementrian dan Lembaga berusaha mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah strategis.

            Pemerintah berusaha mengubah paradigma kebijakan yang lebih mengarah ke kewirausahaan dengan mengedepankan kepentingan nasional. Untuk bisa menghadapi persaingan MEA, tidak hanya swasta (pelaku usaha) yang dituntut harus siap namun juga pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pro pengusaha.

Negara lain sudah berpikir secara entrepreneurial (wirausaha), bagaimana agar pemerintah  berjalan dan berfungsi laksana seubah organisasi entrepreneurship yang berorientasi pada hasil. Maka dengan momentum MEA ini sudah tiba saatnya pemerintah Indonesia mengubah pola pikir lama yang cenderung birokratis dengan pola pikir entrepreneurship yang lebih taktis, efektif dan efisien. Sebagai contohnya adalah kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 300 triliun (US$ 30 miliar) yang kurang produktif diarahkan kepada pembiayayaan yang lebih produktif misalnya investasi infrastruktur.

            Dalam bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena itu meningkatkan standar mutu sekolah menjadi keharusan agar lulusannya siap menghadapi persaingan.
Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya dengan Iklan Layanan Masyarakat tentang MEA yang berusaha menambah kesiapan masyarakat menghadapinya.

Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, meningkatkan standar mutu pendidikan salah satunya dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru, dan orang tua. Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang baik. Guru juga perlu dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah pola pikir guru.

Dalam bidang Perindustrian, Menteri Perindustrian Saleh Husin juga memaparkan strategi Kementrian Perindustrian menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dan defensif. Strategi ofensif yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan. Dari pemetaan Kemenperin, produk unggulan dimaksud adalah industri agro seperti kakao, karet, minyak sawit, tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan dan minimum, pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam, besi, dan baja. Adapun strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur.(www.kemenperin.go.id)

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel punya langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2019. Salah satunya adalah mencanangkan Nawa Cita Kementerian Perdagangan, dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan. Cara tersebut bisa dilakukan dengan membangun 5.000 pasar, pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Adapun target ekspor pada 2015 dibidik sebesar US$192,5 miliar. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan strategi subsititusi impor untuk meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Pada saat ini 65 persen ekspor produk Indonesia masih mengandalkan komoditas mentah.Pemerintah berusaha membalik struktur ekspor ini yaitu dari komoditi primer ke manufaktur, dengan komposisi 35 persen komoditas dan 65 persen manufaktur. Oleh karena itu, industri manufaktur diharapkan tumbuh dan fokus pada peningkatan kapasitas produksi, untuk meningkatkan ekspor sampai 2019.

Pemerintah juga mendekati industri yang berpotensi menyumbang peningkatan ekspor, misalnya industri otomotif. Diketahui, industri otomotif berencana mengekspor 50 ribu sepeda motor ke Filipina. Kementerian Perdagangan juga mendorong sektor mebel untuk semakin menggenjot ekspornya. Selain itu, sektor perikanan juga memberikan optimisme terhadap peningkatan ekspor Indonesia.

Tak hanya itu, pemerintah juga akan memperkuat produk UKM dengan membina melalui kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Lalu, mereka juga memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional. Melalui fasilitas itu, Kementerian Perdagangan berharap, produk serta merek yang dibangun oleh pelaku UKM di Indonesia dapat dikenal secara global.


BAB III
PEMBAHASAN

1.1 Masyarakat Ekonomi Asean

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 menuntut masyarakat Indonesia mempunyai mental luar biasa, karena berhadapan dengan masyarakat dari luar Indonesia. Salah satu upaya pembentukan masyarakat Indonesia yang bermental luar biasa melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan usaha mewariskan nilai-nilai luhur bangsa untuk menciptakan generasi bangsa yang unggul intelektual, berkepribadian, dan memiliki identitas kebangsaan. Pendidikan dan pembentukan karakter sesuai dengan yang tercantum dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus merespon dengan tepat agar dapat menyiapkan SDM yang berkualitas. Dengan penguatan karakter pada mahasiswa diharapkan mampu menciptakan generasi-generasi bangsa yang siap bersaing pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Karakter merupakan aktualisasi dari soft skill seseorang, yang mana karakter merupkancara berpikir dan perilaku yang menunjukkan cirri khas dari seseorang dan bekerjasama dengan orang lain dan mampu bertanggungjawab dengan apa yang menjadi keputusannya. Maka soft skill pada individu (mahasiswa) bisa dibangun dan dikembangkan, oleh karena itu pengembangan soft skill melalui berbagai pelatihan tidak jauh berbeda dengan apa yangsekarang dikenal dengan pengembangan karakter bangsa. Jadi, konsep soft skill maksudnya
tidak lain adalah karakter.(Marzuki, 2012)Mahasiswa yang memiliki soft skill akan lebih siap dalam menghadapi persaingan dalam era MEA. Terdapat perbedaan kebutuhan dan pengembangannya serta sudut pandang terhadap hard skills dan soft skills antara dunia kerja/usaha dan perguruan tinggi pada saat ini. Rasio kebutuhan soft skills dan hard skills di dunia kerja/usaha berbanding terbalik dengan pengembangannya di perguruan tinggi.
Kesuksesan di dunia kerja/usaha 80% ditentukan oleh mind set (soft skills) yang dimilikinya dan 20% ditentukan oleh technical skills (hard skills). Menurut Illah Sailah (2007), bahwa pendidikan di Indonesia muatan softskills hanya 10 % sedangkan hard skills 90 %, begitu juga Menurut penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skills), Penelitian ini mengungkapkan, kesusksesan hanya ditentukan sekitar 20 % oleh hard skills dan sisanya 80 % oleh soft skills.
Menurut Elfindri, dkk. (2011:68) menyatakan hasil penelitian psikologi social menunjukkan bahwa orang yang sukses di dunia ditentukan oleh peranan ilmu sebesar 18%, sisanya 82% dijelaskan oleh ketrampilan emosional soft skills dan jenisnya. Dunia kerja menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lulusan yang “high competence” yaitu merekayang memiliki kemampuan dalam aspek teknis dan sikap yang baik. Suatu program studi dinyatakan baik oleh perguruan tinggi, jika lulusannya memiliki waktu tunggu yang singkat untuk mendapatkan pekerjaan pertama, namun dunia kerja mengatakan bukan itu, melainkan seberapa tangguh seorang lulusan untuk memiliki komitmen atas perjanjian yang telah dibuatnya pada pekerjaan pertama. Oleh karena itu, setiap kelulusan Perguruan Tinggi harus dibekali dengan pembangunan karakter yang terintegrasi pada proses kegiatan perkuliahan. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut menegaskan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran ilmu, tetapi juga bertujuan membina dan mengembangkan potensi subjek didik menjadi manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam dan sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu Negara. Susilo Bambang Yudhoyo (Masaong, 2012) mengemukakan bahwa pada waktu menjadi Presiden Republik Indonesia mengatakan bahwa ada lima agenda utama pendidikannasional, yaitu (1) pendidikan dan pembentukan watak (character building), (2) pendidikan dan kesiapan menjalani kehidupan, (3) pendidikan dan lapangan kerja, (4) membangun masyarakat berpengetahuan, (5) membangun budaya inovasi. Thomas lictona dalam Lukiyati (2014) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya mengembangkan kebajikan sebagai fondasi dari kehidupan yang berguna, bermakna, produktif dan fondasi untuk masyarakat yang adil, penuh belas kasih dan maju.


1.2 Pendidikan Karakter

Karakter yang baik meliputi tiga komponen utama, yaitu: moral knowing, moral feeling, moral action.
Moral knowing meliputi: sadar moral, mengenal nilai-nilai moral, perspektif, penalaran moral, pembuatan keputusan dan pengetahuan tentang diri. Moral feeling meliputi: kesadaran hati nurani, harga diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol diri dan rendah hati. Moral action meliputi kompetensi, kehendak baik dan kebiasaan Pendidikan karakter penting diajarkan untuk menjadi manusia yang cerdas, jujur, tangguh, dan peduli. Keempat hal tersebut beralasan untuk menjadi kunci sukses. Apabila mempunyai kecerdasan maka akan bisa memilah mana yang baik dan salah. Kecerdasan, harus diimbangi dengan kejujuran untuk mendapatkan kepercayaan orang lain. Sedangkan tangguh diperlukan karena yang bermain dalam MEA 2015 bukan hanya masyarakat Indonesia tapi juga negara lain di ASEAN. Sikap peduli tidak kalah pentingnya dengan ketiga hal tadi, karena dengan sikap peduli dengan orang lain, maka akan mudah untuk menjaga hubungan baik dengan yang lain. Menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku panduan Kurikulum Perguruan Tinggi (2014) bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Menurut Zamroni (2010), pendidikan karakter adalah berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab. Lebih lanjut pendidikan karakter berkaitan dengan pengembangan pada diri peserta didik, kemampuan untuk merumuskan kemana hidupnya menuju, dan sesuatu yang baik dan sesuatu yang jelek dalam mewujudkan tujuan hidup itu. Karena itulah pendidikan karakter merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa henti. Suwarsih Madya (2011: 88) dalam Buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik mengemukakan bahwa dalam pengimplementasiannya di perguruan tinggi perlu dirancang secara komprehensif dengan mencakup penciptaan budaya dan lingkungan kerja. Dalam hal ini, diperlukan peran serta aktif dari seluruh pengampu kepentingan internal (pimpinan, dosen, karyawan, mahasiswa) dan pengampu kepentingan eksternal, khususnya pengguna lulusan dan alumni. Sasaran pendidikan karakter di perguruan tinggi adalah mahasiswa selaku generasi muda yang berperan sebagai agen of change.


Mahasiswa sebagai intelektual muda calon pemimpin masa depan merupakan asset bangsa yang berharga. Pengembangan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa merupakan prioritas pembimbingan mahasiswa agar menjadi warga Negara yang bertanggung jawab serta berkontribusi pada daya saing bangsa. Undang- undang nomor 12 tahun 2012 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Hal tersebutlah yang menunjukkan tuntutan pembinaan soft skill
(karakter) mahasiswa. Elfindri, dkk (2011: 10) mendefinisikan soft skills sebagai keterampilan hidup yangsangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin. Soft skills merupakan ketrampilan dan kecakapan
hidup yang harus dimiliki baik untuk diri sendiri, kelompok, atau bermasyarakat, serta berhubungan dengan sang Pencipta. Menurut Kaipa & Milus (2005; 3-6) bahwa soft skills adalah kunci untuk meraih kesuksesan, termasuk di dalamnya kepemimipinan, pengambilan keputusan, penyelesaian komplik, komunikasi, kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati dan kepercayaan diri, kecerdasan emosional, interitas, komitmen dan kerja keras. Berthal ( Illah Sailah, 2008) soft skills adalah ”Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, initiative, decision making etc.). Soft skills does not include technical skills such as financial, computing and assembly skills “. Sedangkan Peggy dalam bukunya yang berjudul The Hard Truth about Soft Skills yang terbit tahun 2007, menyatakan bahwa “soft skills encompass personal, social, communication, and self management behaviours, they cover a wide spectrum: self awareness, trustworthiness, conscientiousness, adaptability, critical thinking, organizational awareness, attitude, innitiative, emphathy, confidence, integrity, self-control, leadership, problem solving, risk taking and time management”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika dan
Kanada, ada 23 atribut soft skills yang dominan di lapangan kerja. Ke 23 atribut tersebut diurut berdasarkan prioritas kepentingan di dunia kerja, yaitu

1. Inisiatif                                            13. Manajemen diri
2. Etika/integritas                                14. Menyelesaikan persoalan
3. Berfikir kritis                                   15. Dapat meringkas
4. Kemauan belajar                             16. Berkoperasi
5. Komitmen                                       17. Fleksibel
6. Motivasi                                          18. Kerja dalam tim
7. Bersemangat                                   19. Mandiri
8. Dapat diandalkan                            20. Mendengarkan
9. Komunikasi lisan                             21. Tangguh
10. Kreatif                                           22. Berargumentasi logis
11. Kemampuan analitis                      23. Manajemen waktu
12. Dapat mengatasi stress

Aribowo (Illah Sailah, 2008) membagi soft skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Adapun Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Dua jenis keterampilan tersebut dirinci sebagai berikut:

1. Intrapersonal Skill
a. Transforming Character
b. Transforming Beliefs
c. Change management
d. Stress management
e. Time management
f. Creative thinking processes
g. Goal setting & life purpose
h. Accelerated learning techniques
2. Interpersonal Skill
a. Communication skills
b. Relationship building
c. Motivation skills
d. Leadership skills
e. Self-marketing skills
f. Negotiation skills
g. Presentation skills
h. Public speaking skills

Belakangan yaitu kira-kira tahun 2006-an sedang dikembangkan atribut lain yang tergolong pada extra personal concern, yang mengandung makna kearifan/welas asih atau wisdom. Atribut ini penting karena kalaulah dia menjadi seorang pengusaha maka tidak menjadi
pengusaha yang bengis, memiliki kebijakan yang berorientasi pada win-win solution. Profil tenaga kerja yang dibutuhkan pasar adalah bahwa aspek soft skills (kepemimpinan, personalitas, dan motivasi) tenaga kerja dominan sebagai persyaratan yang diperlukan dunia kerja. Hampir semua aspek soft skills dan motivasi menjadikan syarat pokok bagi tenaga kerja di dunia industri.
Implementasi penguatan karakter mahasiswa di perguruan tinggi dapat dilaksanakan dengan berbagai sistem sesuai dengan kultur atau iklim perguruan tinggi itu sendiri. Contohnya trilogi pendidikan taman siswa yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu dari sistem pendidikan karakter dengan sistem among. Ajaran tesebut meliputi:
a. Ing Ngarso Sung Tulodho : bila telah menjadi pejabat/pimpinan wajib menjadi suri
tauladan bagi sesama dan yuniornya. Pengabdian kepada masyarakat dengan semboyan ilmu amaliah dan amal ilmiah, demi kemaslahatan masyarakat luas bukan sekedar untuk golongan atau pribadinya.

b. Ing Madya Mangun Karso : mendorong mahasiswa agar dapat proaktif berbaur dan memotivasi lingkungan KBM guna meningkatkan kualitas pendidikan (setiakawan, kompetisi, kreatif, inovasi, analisis). Pada tingkat Sekolah Menengah hingga Perguruan Tinggi.

c. Tut wuri handayani : memerdekakan mahasiswa untuk mengembangkan kreatifitasnya, mendorong mahasiswa atau pamong membina dari belakang tidak boleh sekedar mendikte.

Ajaran tersebut dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan pendidikan karakter bagi mahasiswa dengan tiga jalur, yaitu: (1) kurikuler yang mana pendidikan karakter terintegrasi dalam perkuliahan; (2) kokurikuler dengan kegiatan-kegiatan terprogram dan terstruktur sebagai contoh kegiatan pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ), tutorial PendidikanAgama, pelatihan kreativitas Creativity training, pelatihan kepemimpinan (leardership training), pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship training); (3) Ekstrakulikuler yang mana kegitan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat dan kegemaran mahasiswa, kegiatan dari ekstrakulikuler beragam sebagai contoh dari aspek penalaran, olahraga, seni dan minat khusus. Hal tersebut sebagaimana diungkap Herminarto Sofyan (2011). Hasanah (2013:188) juga mengemukakan: Implementasi pendidikan karakter juga harus disesuaikan dengan visi dan misi
perguruan tinggi dengan berbasis jurusan dan atau program studi. Penyelenggaraan pendidikan karakter di perguruan tinggi dilakukan secara terpadu melalui tiga jalur, yaitu pembelajaran, managemen perguruan tinggi dan kegiatan kemahasiswaan. Nilainilai karakter yang diterapkan adalah dengan memilih nilai-nilai inti (core value) yang akan dikembangkan dan diimplementasikan pada masing-masing jurusan dan atau program studi.”
Program pengembangan pendidikan karakter membutuhkan perencanaan, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut. Secara garis besar untuk tiap tahapan sebagaimana Tabel 1.

1.3 Tahap dan Kegiatan Program Pendidikan Karakter

Tahap
Kegiatan
Perencanaan
a. Mengidentifikasi kegiatan kampus yang dapat merealisasikan
pendidikan karakter, baik pembelajaran, managemen kampus
maupun kegiatan kemahasiswaan.
b. Mengembangkan rancangan pelaksanaan kegiatan dari program
pendidikan karakter (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, fasilitator,
pendekatan, pelaksanaan, evaluasi)
c. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pembentukan
karakter di perguruan tinggi
Implementasi
Pembentukan karakter melalui kegiatan pembelajaran dalam semua
mata kuliah, melalui managemen perguruan tinggi (contoh: pelayanan
akademik, peraturan akademik), melalui kegiatan kemahasiswaan
(contoh: kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan, dsb).
Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan kesesuaian antara rencana dengan implementasi, antara lain dan pengukuran efektifitas program untuk dapat diputuskan keberhasilannya . Hasil berupa data tentang gambaran muu kualitas program, kendala-kendala pelaksanaan, saran dan kritik terhadap program, tingkat keberhasilan program
Tindak lanjut
Penyempurnaan program, dapat berupa perbaikan rencana, penambahan fasilitas, dsb


2.3 Revolusi Mental dan Nawacita

Istilah revolusi mental saat ini bukanlah suatu istilah yang asing lagi semenjak pemerintahan baru Jokowi-JK dilantik menjadi presiden dan wakil presiden pada Oktober 2014. Mental itu berkaitan dengan pikiran (mind). Mentalitas berkaitan dengan cara berpikir yang sudah menjadi kebiasaan berpikir, dan suatu kebiasaan (habit) pada umunya terbentuk lewat pembiasaan.  Sehingga, mentalitas dapat diubah dengan cara melakukan inovasi pendidikan dan perubahan pada kebiasaan.
Di dunia pendidikan, revolusi mental ditekankan pada pembentukan karakter serta pengembangan kepribadian yang dapat membentuk jati diri bangsa. Maka tidaklah berlebihan bila kita menyebut guru adalah kunci revolusi mental. Revolusi mental memang harus dimulai dari dunia pendidikan dan secara simultan berjalan di bidang-bidang lainnya. Mengapa dunia pendidikan? Karena paling tidak selama 18 tahun waktu anak manusia dihabiskan di bangku pendidikan, mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.  Untuk itu tanggungjawab seorang guru semakin bertambah untuk ikut membentuk jati diri bangsa melalui peserta didiknya.
Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya,  manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal, yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global di mana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
Revolusi mental merupakan harapan bangsa dan masyarakat saat ini menuju perubahan jati diri bangsa yang lebih baik. Melakukan revolusi mental guna membentuk revolusi karakter bangsa melalui dunia pendidikan, peneguhan dan penguatan ke-bhinekaan dan memperkuat restorasi sosial merupakan bagian dari titik pusat utamanya. Membentuk generasi yang kreatif dan berintelektual menjadi latar belakang diwujudkannya revolusi mental bangsa. Oleh karena itu, bidang pendidikan sangat penting dalam menjaga pengarahan dan peningkatan mutu dan kesempurnaan aset hidup bangsa. melalui pendidikanlah akan diperolehnya pemahaman-pemahaman baru dalam hal pengetahuan, keaktifan, dan kekritisan. Namun, dalam menjalankan proses revolusi mental tidak hanya dengan berbicara dan berdiskusi saja, tetapi harus diwujudkan dengan tindakan, yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Adapun tujuan revolusi mental adalah sebagai berikut:
1.      Mengubah cara pandang, piker dan sikap, perilaku dan cara kerja.
2.      Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistic
3.      Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkprebadian.
Delapan Prinsip Revolusi Mental :
1.      Bukan proyek tapi gerakan social.
2.      Ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah.
3.      Harus bersifat lintas-sektoral.
4.      Bersifat partisipasi (kolaborasi pemerintah, masyarakat sipil, sector privat, dan akademisi)
5.      Diawali dengan pemicu.
6.      Desain program harus ramah pengguna, popular, menjadi bagian dari gaya hidup dan sistemik-holistik (bencana semesta).
7.      Nilai-nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur kehidupan social (moralitas public)
8.      Dapat diukur dampaknya.
Tiga Nilai Tevolusi Mental
1.      Integrasi (jujur, dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab)
2.      Etos kerja (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)
3.      Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunai, berorientasi pada kemaslahatan)
Strategi Internalisasi 3 Nilai Revolusi Mental
1.      Jalur birokrasi
Internalisasi 3 nilai revolusi mental pada Kementrian/Lembaga melalui:
1.      Pembentukan tugas gugus dan pic
2.      Tersusunnya program, kegiatan nyata berbasis nilai-nilai revolusi mental.
3.      Menjadi contoh tauladan (role model)
2.      Jalur swasta
1.      Memperkuat kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
2.      Inseftif pengurangan pajak bagi pengusaha Indonesia yang mengembangkan produk local inovatip.
3.      Instruksi presiden kepada pengusaha media untuk berkolaborasi mempromosikan revolusi mental.
4.      Mengembangkan lembaga keuangan mikro di desa.
5.      Mendukung inisiatif uaha menengah membuka pasar/sentral yang menjual produk local yang inovatif, kreatif dan harga terjangkau.
3.      Jalur kelompok masyarakat
1.      Pembudayaan 3 nilai revolusi mental dalam kelompok masyarakat
2.      Membangun role model
3.      Aspirasi terhadap kelompok masyarakat
4.      Keteladanan oleh tokoh
4.      Jalaur pendidikan
1.      Memperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan untuk membangun integrasi, membentuk etos kerja keras dan semangat gotong royong.
2.      Menerapkan ekstra kurikuler  revolusi mental di sekolah.
3.      Meningkatkan sarana pendidikan yang merata.
4.      Meningkatkan kompotensi guru dalam mendudkung revolusi mental
Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan itu. [1]Dalam visi-misi tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
           Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat baik pemerintah atau rakyat dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategi yang diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan Kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi. Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehingga menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Adapun 9 agenda prioritas (Nawa Cita)
1.      Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap dan memberikan rasa aman pada suluruh warga Negara.
2.      Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola Pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3.      Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan
4.      Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5.      Meningkatkan kualitas hidup manusia.
6.      Mewujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera.kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
7.      Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
8.      Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9.      Memperteguh ke-bhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan ke-bhinekaan



BAB IV
Penutup

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Pendidikan karakter di perguruan tinggi penting agar mahasiswa dapat memiliki daya saing global dan mampu menghadapi MEA.
2.      Pelaksanaan pendidikan karakter bagi mahasiswa dengan tiga jalur, yaitu: (1) kurikuleryang mana pendidikan karakter terintegrasi dalam perkuliahan; (2) kokurikuler dengankegiatan-kegiatan terprogram dan terstruktur sebagai contoh kegiatan pelatihanEmotional Spiritual Quotient (ESQ), tutorial Pendidikan Agama, pelatihan kreativitas Creativity training, pelatihan kepemimpinan (leardership training), pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship training); (3) Ekstrakulikuler. Ketiga jalur tersebut sesuai pula dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang trilogi pendidikan taman siswa dengan azas sistem among, yang meliputi : ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
3.      Program pengembangan pendidikan karakter membutuhkan perencanaan, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut. Kesemua tahapan harus dilakukan ssecara berkesinambungan agar program pendidikan karakter dapat semakin sempurna.


1.2 Saran

Pada revolusi mental dan nawacita kedua point tersebut harus betul-betul di implementasikan dan bukan hanya selogan belaka, pemerintah dan presiden harus bekerja sama untuk membangun karakter bangsa yang bermarabat


1.2     Daftar Pustaka

Anonim. 2014. Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 .Kompas (versi
elektronik). Diunduh dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahamimasyarakat-
ekonomi-asean-mea-2015, pada tanggal 7 Agustus 2015.

Arya Baskoro. Peluang, Tantangan dan Risiko bagi Indonesia dengan Adanya Masyarakat
Ekonomi Asean. http://www. crmsindonesia.org/node/624, di akses tanggal 9
September 2015.

Elfindri, dkk. 2011. Soft Skills untuk Pendidik. Praninta Offset
Hasanah. 2013. Implementasi Nilai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi. Jurnal
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY

Herminarto Sofyan. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kegiatan
Kemahasiswaan. Artikel dalam Buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi
Pengembangan Soft Skills di Kopertis VII Surabaya
Kaipa P & Milus T. 2005. Soft Skills are Smart Skills. Diunduh dari

Masaong, A.K.2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal Konaspi
VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012

Marzuki, 2012. Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran IPS
Sekolah Dasar. Makalah seminar Nasional di IKIP PGRI Madiun.

Rukiyati, Y. Ch dkk. (2014). Penanaman Nilai Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama
Terintegrasi dalam Perkuliahan Ilmu Pendidikan.Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun
IV, Nomor 2, Juni 2014.

Suwarsih Madya. 2011. Pengintegrasian Pendidkan Karakter di Perguruan Tinggi. Artikel
dalam Buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta:
UNY Press. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan



Sabtu, 21 Mei 2016

Manusia Dan Keindahan (BAB 5)

Keindahan

             Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan identik dengan kebenaran, sesuatu yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah.
             Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
             Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar katanya adalah “benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan Spanyol ”beloo”. Kata benda Yunani klasik untuk “keindahan ” adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk “indah” itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti “jam.” Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan “berada di jam (waktu) yang sepatutnya.”
             Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”. Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:
Keindahan dalam arti luas.
             Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :
• keindahan seni
• keindahan alam
• keindahan moral
• keindahan intelektual

Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.


 Renungan

             Renungan berasal dari kata dasar “renung” yang artinya memikirkan sesuatu secara diam-diam, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan merupakan wujud dari merenung. Renungan dapat berupa memikirkan tentang sesuatu yang dirasanya ada yang kurang, sesuatu yang tidak sempurna, atau masalah dalam kehidupan. Renungan dapat menentramkan jiwa, menenangkan hati dan membuat aliran suatu pikiran menjadi lancar.  Renungan juga dapat berupa memikirkan sesuatu untuk menciptakan suatu karya seni.
             Renungan bisa juga dikatakan memikirkan sesuatu hal yang telah terjadi, yang baru terjadi, maupun belum dialami oleh manusia. Suatu contoh renungan yaitu, suatu ketika manusia ingin membuat suatu karya seni rupa. Kemudian manusia itu belum mempunyai ide tentang karya seni rupa apa yang ingin dibuat. Salah satunya dengan cara merenung, lalu pergi ke suatu tempat yang tenang. Dia mengharapkan suatu petunjuk atau ide untuk karya seni rupa yang ingin ia buat. Dalam merenung menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologik.


 Keserasian

             Keserasian berasal dari kata serasi yang mengandung arti cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kemudian keserasian merupakan keselarasan, kesepadanan, keharmonisan antara yang satu dengan yang lainnya. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, warna cat rumah dipadukan suasana alam yang hijau disekitarnya. Apabila warna cat rumah itu cocok dengan alam sekitarnya maka akan enak dipandang. Karena itu dalam keindahan ini, sebagian para ilmuan menjelaskan, bahwa keindahan pada dasamya adalah sejumlah kualitas atau pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kulitas yang paling disebut oleh sebagian ahli piker adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
             Filsuf Ingris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauti is unity of formal relations among our sence-perception). Pendapat lain menganggap pengalaman estetik suatu keselarasan dinamik dari perenungan yang menyenangkan.
Teori tentang Keserasian.
1. Teori Objektif dan Teori Subjektif
             Teori Objektif menyatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat (kualitas) yang memang melekat dalam bentuk indah yang bersangkutan. Pendukung teori objektif adalah Plato, Hegel, dan Bernard Bocanquat. Sedangkan teori subjektif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri. Pendukung teori subjektif adalah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke.
2. Teori Perimbangan

             Dalam arti yang terbatas yakni secara kualitatif yang di ungkapkan dengan suatu perhitungan, keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak ada keteraturan yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan, dan pengungkapan perasaan.

Berikut adalah power point dari materi diatas, klik disini

Rabu, 18 Mei 2016

Manusia Cinta Dan Kasih

A. Pengertian Cinta Kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang ataupun sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan.
B. Cinta menurut Ajaran Agama
  1. Cinta diri
  2. Cinta kepada sesama manusia
  3. Cinta seksual
  4. Cinta kebapakan
  5. Cinta kepada Tuhan
  6. Cinta kepada Rasul
C. Kasih Sayang
Perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Sikap kasih sayang merupakan pertumbuhan dari cinta.
D. Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan adalah hubungan yang akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
E. Pemujaan
Salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaa manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
F. Belas Kasihan
  1. Cinta Agape
  2. Cinta Philia
  • Cinta Amor/eros
G. Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih antar orang-orang yang sama-sama sebanding.
untuk bentuk power pointnya klik disini